Mengenal Allah

Banyak dan sering sekali kita dapatkan sebuah kajian atau pembahasan mengenai pentingnya mengenal Allah. Bahkan, sampai ada diantara umat islam yang mengatakan, “Itu lagi-itu lagi! Nggak ada pembahasan lain apa?”. Atau, terkadang tanpa disadari kejenuhan kita ketika mendengar pembahasan mengenai pentingnya mengenal Allah itupun hinggap di hati kita. Mengenal Allah adalah materi islam yang sudah tidak asing lagi di telinga umat islam.

Pasalnya, sebagian besar umat islam sendiri sudah mengetahui pembahasan tersebut, karena sudah sering menjadi topik utama dalam sebuah kajian islam. Nah, dalam hal ini yang perlu kita koreksi adalah sudah sejauh manakah kita mengenal Allah swt, sudahkah kita mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, dan bagaimanakah efek pemahaman Ma’rifatullah (mengenal Allah) dalam hidup kita. Efek dari mengenal Allah itulah yang nanti akan menjadi tolak ukur apakah kita sudah benar-benar mengenal Allah atau belum, dan sudah sejauh manakah kita telah mengenal Allah swt. Jangan-jangan, kita belum mengenal Allah, tetapi hanya sebatas tahu Allah saja. Ingat , tahu dan kenal itu adalah dua hal yang berbeda.

Efek dari sebuah perkenalan adalah timbulnya rasa cinta, taku, atau harap. Kalau rasa itu belum timbul dalam diri kita, mungkin masih perlu dipertanyakan lagi masalah mengenal Allah ini.

Mengenal Allah bukan hanya sebatas mondar-mandir ke masjid atau pengajian saja. Mengenal Allah juga bukan hanya sebatas tunggang-tungging melaksanakan sholat dan berpuasa saja. Mengenal Allah bukan hanya mengingat-Nya ketika berada dalam keadaan menderita atau sakit saja. Mengenal Allah juga bukan hanya mengingat-Nya ketika mendapat rizki yang melimpah atau sedang sehat saja.

Mengenal Allah haruslah memberikan efek kepada kepribadian seseorang. Belum dikatakan mengenal Allah jika ia belum memiliki rasa takut untuk melanggar larangan Allah. Belum dikatakan mengenal Allah seseorang yang tidak takut untuk meninggalkan perintah Allah. Belum dikatakan mengenal Allah seseorang yang masih bersandar atau berharap kepada selain Allah.

Seseorang yang telah mengenal Allah hendaknya senantiasa merasa takut kepada Allah ketika hendak melanggar larangan-Nya dan atau meninggalkan perintah-Nya. Seseorang yang mengaku mengenal Allah, seyogyanya hanya berharap kepada Allah. Seseorang yang mengenal Allah hendaknya memiliki rasa cinta kepada Allah. Cinta yang bukan dimulut saja. Tetapi cinta yang memiliki konsekuensi dari sebuah rasa cinta, yaitu merindu, ingin selalu bertemu, selalu mengikuti kemauan-Nya, tidak mendustai-Nya, tidak menduakan-Nya, selalu mengingat-Nya kapanpun dan dimanapun dengan berdzikir (kecuali ditoilet). Jika kita telah mencinta, maka yang ada hanyalah keinginan untuk membahagiakan yang tercinta, meskipun harus berkorban jiwa dan raga. Konsekuensi-konsekuensi itulah yang seharusnya juga ada dalam jiwa seseorang yang mengaku telah mengenal Allah swt.

Banyak sekali umat islam yang mengaku telah mengenal Allah, tapi ternyata masih saja mereka bermaksiat kepada Allah. Itu artinya mereka belum benar-benar mengenal Allah, karena tidak ada rasa takut kepada Allah di dalam hati mereka. Maka dari itu mari kita menyimak pembahasan singkat tentang masalah mengenal Allah ini, agar kita mengerti hakikat mengenal Allah dan bisa memetik buahnya dalam wujud amal.
Mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal Rububiyah Allah, mengenal Uluhiyah Allah, dan mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah.

Keempat cara ini telah disebutkan Allah di dalam Al Qur’an dan di dalam As Sunnah baik global maupun terperinci.

Di dalam kitab Al Fawaid hal 29, Ibnul Qoyyim mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah seperti dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190)

Di dalam firman-Nya yang lain, Allah swt juga telah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, serta bahtera yang berjalan di lautan yang bermanfaat bagi manusia.” (QS. Al Baqarah: 164)

1. Mengenal Wujud Allah.

Maksud dari mengenal wujud Allah adalah meyakini keberadaan Allah swt. Kita harus beriman bahwa Allah itu ada. Dan adanya Allah telah diakui oleh fitrah, akal, panca indera manusia, dan ditetapkan pula oleh syari’at.
Berbagai macam bentuk dan jenis makhluk ciptaan Allah, baik makhluk bernyawa maupun benda mati, makhluk bernyawa yang bergerak maupun yang diam, yang dapat dilihat maupun yang tidak terjangkau oleh mata. Serta adanya planet-planet dan benda-benda langit yang bergerak dengan teratur, tentunya semua itu memberikan suatu pengertian bahwa hal yang luar biasa itu tidaklah ada dengan sendirinya. Mereka pasti ada yang menciptakannya, dan tentunya bukanlah makhluk sembarangan yang telah menciptakan hal-hal yang luar biasa tersebut. Hanya zat Yang Maha Sempurna-lah yang mampu menciptakan dan mengaturnya dengan sangat teratur. Kita juga akan mengakui keberadaan Allah denga panca indera kita, manakala kita memikirkan mengenai fenomena terkabulnya doa. Sedangkan secara fitrah, keberadaan Allah telah disebutkan dalam Al Quran surat Al-A’raf : 172-173, yang artinya:

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman ): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka.’.” (QS. Al A’raf: 172-173)

Dari ayat di atas jelas sekali bahwa fitrah seseorang mengakui adanya Allah dan juga menunjukkan, bahwa manusia dengan fitrahnya mengenal Rabbnya. Adapun bukti syariat, kita menyakini bahwa syariat Allah yang dibawa para Rasul yang mengandung maslahat bagi seluruh makhluk, menunjukkan bahwa syariat itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.

2. Mengenal Rububiyah Allah

Yang dimaksud dengan mengenal Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya.

Maksudnya adalah kita menyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala mamfaat dan menolak segala mudharat. Allah-lah satu-satunya Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan kekuasaan tunggal bagi Allah.

“’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya sgala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (QS. Al Ikhlash: 1-4)

Jika seseorang telah meyakini bahwa ada makhluk atau benda lain yang dapat menandingi Allah, maka orang tersebut telah mendzalimi Allah dan menyekutukan-Nya dengan selain-Nya.

Dalam masalah rububiyah Allah, sebagian orang kafir jahiliyah tidak mengingkarinya sedikitpun dan mereka meyakini bahwa yang mampu melakukan demikian hanyalah Allah semata. Mereka tidak menyakini bahwa apa yang selama ini mereka sembah dan agungkan mampu melakukan hal yang demikian itu. Lalu apa tujuan mereka menyembah Tuhan yang banyak itu sedangkan mereka telah mengetahui bahwa tuhan-tuhan selain Allah itu tidak mampu memberikan mudharat atau maslahat apapun kepada mereka?

Dalam hal ini, Allah telah menceritakan di dalam Al Qur’an bahwa mereka memiliki dua tujuan. Pertama, mendekatkan diri mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya sebagaimana firman Allah:

“Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong (mereka mengatakan): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka mendekatkan kami di sisi Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (Az Zumar: 3 )

Kedua, agar mereka (sesembahan selain Allah) itu memberikan syafa’at (pembelaan ) di sisi Allah. Allah berfirman:

“Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah yang memberi syafa’at kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18)

Mengenai keyakinan sebagian orang kafir terhadap tauhid rububiyah Allah, telah dijelaskan oleh Allah dalam beberapa firman-Nya:

“Kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Az Zukhruf: 87)

“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan yang menundukkan matahari dan bulan? Mereka akan mengatakan Allah.” (QS. Al Ankabut: 61)

“Dan kalau kamu bertanya kepada mereka siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi setelah matinya? Mereka akan menjawab Allah.” (QS. Al Ankabut: 63)

Demikianlah Allah menjelaskan tentang keyakinan mereka terhadap tauhid Rububiyah Allah. Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam dan menyebabkan halalnya darah dan harta mereka sehingga Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka.

3. Mengenal Uluhiyah Allah

Mengenal Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti berdoa, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah saw.

Yang perlu juga untuk kita pahami adalah bahwa memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah saja sudah termasuk perbuatan dzalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan dengan syirik kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt berikut:

“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (QS. Al Fatihah: 5)

“Dan apabila kamu minta maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong maka minta tolonglah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

“Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun” (QS. An Nisa: 36)
“Hai sekalian manusia sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Al Baqarah: 21)

Dalil-dalil di atas telah menunjukkan dengan jelas bahwa Allah dan Rasulullah saw mengharamkan seseorang untuk beribadah kepada selain Allah swt. Karena, ibadah umat muslim, hidupnya dan matinya hanyalah milik Allah semata.

Rasulullah saw bersabda: “Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.” ( HR. Muslim).

Rasulullah saw juga bersabda: “Allah berfirman dalam hadits qudsi: “Saya tidak butuh kepada sekutu-sekutu, maka barang siapa yang melakukan satu amalan dan dia menyekutukan Aku dengan selain-Ku maka Aku akan membiarkannya dan sekutunya.” (HR. Muslim).

Banyak sekali bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh umat islam dalam hal mengenal Uluhiyah Allah ini. Salah satu bentuk penyimpangan uluhiyah Allah yang dilakukan umat islam adalah ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beritikaf atau bertapa di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang. Kebiasaan semacam ini masih banyak sekali ditemui di daerah-daerah pedalaman.

Ibnul Qoyyim mengatakan: “Kesyirikan adalah penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan terhadap tauhid uluhiyyah, dan berburuk sangka terhadap Allah.”

4. Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah

Yang dimaksud dengan Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah adalah kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dan yang telah dinamakan oleh Rasul-Nya. Dan beriman bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang telah Dia sifati diri-Nya dan yang telah disifati oleh Rasul-Nya. Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat yang tinggi berdasarkan firman Allah:

“Dan Allah memiliki nama-nama yang baik.” (Qs. Al A’raf: 186)

“Dan Allah memiliki permisalan yang tinggi.” (QS. An Nahl: 60)

Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah haruslah yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan Rasulullah saw, tidak diluar itu, dan tidak pula untuk diselewengkan sedikitpun.

Janganlah kita berbicara tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah yang menyimpang dari yang diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, karena jika demikian kita telah berbicara tanpa berdasarkan ilmu. Tentu yang demikian itu diharamkan dan dibenci dalam agama, sebagaimana firman Allah swt yang artinya:

“Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tampa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah (keterangan) untuk itu dan (mengharamkan) kalian berbicara tentang Allah tampa dasar ilmu.” (QS. Al A’raf: 33)

“Dan janganlah kamu mengatakan apa yang kamu tidak memiliki ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya akan diminta pertanggungan jawaban.” (QS. Al Isra: 36)

Dari seluruh pembahasan di atas, tentunya kita akan semakin mengerti akan makna pentingnya mengenal Allah, dan apa saja konsekuensi dalam mengenal Allah. Ingatlah akan sebuah pepatah lama yang mengatakan "tak kenal maka tak sayang", maka bagaimana Allah juga akan menyayangi kita sementara kitanya saja tidak kenal dan tidak pernah mau belajar untuk mengenal-Nya. Marilah kita mulai untuk mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, sehingga Allah pun akan menyayangi kita dan senantiasa mengingat kita.

Demikianlah pembahasan mengenai pentingnya mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Semoga artikel yang singkat ini dapat memberikan kemudahan dan kekuatan kepada kita semua untuk mengenal Allah dan berkomitmen kepada-Nya. Amin
www.syahadat.com

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Al Quran adalah sabda dari iblis dengan perintah pembunuhan terhadap mereka gak percaya akan ciptaan Quran dari manusia liar padang pasir Muhammad bin Abdulah.

Sifat iblis dalam telihat dalam Al Quran...membunuh manusia tak berdosa dapat pahala 72 bidadari perawan montok dapat bersinah sepuasnya...kata 'LIDAHY ULAR BELUDAK NABI CABUL MUHAMMAD;

DENGAN SEMBROTAN TAK PERNAH LEMAS...?
KALAU DIDUNIA ISLAM BERSINAH HARAM, TETAPI SURGA ISLAM DAPAT BERSINAH SEPURANYA....AJARAN BANGSA ARAN DENGAN AL QURANNYA.

Dinamika mengatakan...

Aku ada karena Allah
Seperti asal kain dari benang dan benang dari kapas.
Mengenal Allah seperti sekolah bertingkat
Tk.Sd sampai puncak profesor yang sudah bisa menemukan apa yang iya teliti dan yakini.
Akan tetapi memang ada segelintir orang istimewa.

Dinamika mengatakan...

Semoga Allah membukakan pintu hidayah dan ampunan dari pernyataan Anda.
Bahasa Anda seperti sampah. Sampah saja masih berguna. Coba anda belajar sekolah dasar lagi. Untuk belajar tatakrama dan sopan santun dalam berbicara.

Jangan sampai derajat Anda sebagai manusia tidak kebih hina dari binatang. Wslm

Dinamika mengatakan...

Aku ada karena Allah
Seperti asal kain dari benang dan benang dari kapas.
Mengenal Allah seperti sekolah bertingkat
Tk.Sd sampai puncak profesor yang sudah bisa menemukan apa yang iya teliti dan yakini.
Akan tetapi memang ada segelintir orang istimewa.

Posting Komentar