Menghafal Al Quran

Al Quran merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad saw yang terbesar dan sebagai kitab suci bagi umat Islam. Al Quran berisi firman-firman Allah swt yang berupa perintah dan larangan, kisah dan hikmah, petunjuk bagi seluruh umat manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Sebagai kitab suci yang merupakan petunjuk dari Yang Maha Suci, tentunya Al Quran memiliki kemuliaan dan keagungan yang sangat tinggi.
Begitu mulianya kedudukan Al Quran di dalam agama Islam, sehingga begitu banyak umat muslim yang bertekad untuk menghafal isi seluruh Al Quran yang terdiri atas 114 surat dan kurang lebih 6.666 ayat tersebut. Kegiatan menghafal yang telah mulai dilakukan sejak zaman Rasulullah saw tersebut hingga kini masih didawamkan oleh banyak umat muslim.

Menghafal Al Quran memang bukanlah hal yang mudah, bahkan seperti suatu hal yang tidak mungkin bagi sebagian orang mengingat bahwab Al Quran memiliki jumlah ayat yang sangat banyak, dan juga banyak kalimat yang mirip atau juga berulang dalam surat yang sama maupun pada surat yang berbeda. Belum lagi, Al Quran juga memiliki hukum-hukum bacaan dan aturan-aturan tempat keluarnya huruf yang wajib untuk digunakan setiap kali membacanya. Sedikit saja kesalahan dalam hukum bacaan maupun tempat keluarnya huruf akan memberikan efek yang sangat fatal, karena dapat merubah arti dari ayat tersebut. Kesalahan-kesalahan kecil yang terjadi dapat menimbulkan efek yang sangat besar, bisa saja yang harusnya memiliki arti baik berubah menjadi buruk maupun sebaliknya. Untuk itu, seseorang yang akan mengahafalkan Al Quran, wajib baginya untuk mempelajari dan menguasai hukum tajwid.

Meskipun sudah banyak orang yang menjadi hafidz (penghafal) Al Quran bermunculan, namun sebagian orang masih menganggap bahwa menghafal Al Quran itu adalah hal yang tidak mungkin.

Yang perlu diingat adalah bahwa Al Quran merupakan perkataan dari Zat Yang Maha Tinggi, Yang Maha Suci dan Mulia. Maka tentu saja tidak akan mudah dan tidak sembarang manusia yang dapat menjadi penghafalnya. Al Quran adalah kitab yang suci, maka penghafalnya pun harus memiliki jiwa dan hati yang bersih. Dan tentu saja dibutuhkan niat dan keistiqomahan untuk melewati segala ujian dan rintangan selama proses penghafalan dan penjagaan hafalan. Kemalasan, kejenuhan, pesimisme, maksiat, dan dosa-dosa baik dosa besar maupun dosa-dosa kecil adalah tantangan yang harus dikalahkan bagi mereka yang benar-benar ingin menjadi seorang hafidz Al Quran.

Kesediaan untuk mempersiapkan waktu khusus untuk menghafal Al Quran juga biasanya menjadi faktor yang berpengaruh dalam proses penghafalan. Seseorang yang berada di lembaga pendidikan pesantren tentunya akan lebih berpotensi besar untuk dapat menghafal Al Quran dengan lebih cepat ketimbang mereka yang aktivitasnya adalah sebagai pekerja yang berangkat pagi dan pulang malam. Di pesantren, Al Quran ibarat menu yang dihidangkan dan harus disantap setiap saat. Sedangkan bagi pekerja, waktu untuk berinteraksi dengan Al Quran biasanya sangat sedikit. Meskipun demikian, bukan berarti hanya anak-anak pesantren saja yang dapat menjadi seorang hafidz Al Quran. Biasanya hanya masalah waktu dan keistiqomahan saja. Semakin sedikit waktu yang diluangkan untuk Al Quran, maka semakin lama baginya untuk dapat menghafal Al Quran, sehinga membutuhkan tingkat keistiqomahan yang ekstra.

Sering kali muncul pertanyaan, “Gimana ya biar bisa mengahafal Al Quran?”. Sebenarnya, banyak sekali hal-hal yang perlu diperhatikan manakala seseorang telah berniat dan melakukan proses penghafalan Al Quran. Banyak sekali tips-tips yang diberikan oleh para ulama maupun para hafidz Al Quran itu sendiri mengenai cara-cara menghafal Al Quran. Berikut ini adalah tips singkat yang insya Allah dapat mendukung proses penghafalan Al Quran anda.

Ikhlas

Niatkan dan istiqomahkan niat untuk menghafal Al Quran hanya karena Allah swt dan untuk Allah swt. Tidak mengharapkan sesuatu apapun di dunia, melainkan hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah swt. Jangan sekali-kali mengahafalkan Al Quran dengan tujuan untuk mendapatkan kedudukan di masyarakat maupun pada kelompok tertentu. Biarkan kemuliaan itu datang dengan sendirinya setelah hati, jiwa, dan pikiran kita terisi dengan Al Quran. Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu. Kerjakan saja segalanya dengan ikhlas hanya untuk Allah swt, sehingga Allah akan menerima dan memudahkan langkah kita, dan memberikan balasan atas kehendak-Nya.
Menjauhi maksiatan dan dosa

Al Quran adalah firman Allah yang Maha Suci, maka ia tidak akan masuk dan melekat di dalam hati yang kotor dan berdosa. Kemaksiatan akan menghalangi cahaya Illahi yang akan masuk ke dalam hati, dan hanya akan mengingatkannya pada nafsu duniawi saja.

Imam Syafi’I adalah seseorang yang memiliki kemampuan menghafal Al Quran yang luar biasa. Kecepatannya dalam menghafal sudah tidak diragukan lagi. Namun, suatu ketika beliau mengadu kepada gurunya perihal hafalannya itu. Imam Syafi’I mengadu bahwa suatu hari beliau mengalami kelambatan dalam mengahafal. Mendengar pengaduan Imam Syafi’I, sang guru pun memberikan obat kepada beliau. Obat yang diberikan hanyalah sebuah nasihat, namun terbukti ampuh sebagai solusi permaslahan yang di alaminya. Gurunya berkata kepada Imam Syafi’l agar meninggalkan segala bentuk perbuatan maksiat dan bersihkan hati dari setiap penghalang antara ia dan Robb-nya.

Imam Syafi'I rahimahullah berkata :

Aku mengadu kepada (guruku) Waki' atas buruknya hafalanku
Maka diapun memberiku nasihat agar aku meninggalkan kemaksiatan
Dia memberitahuku bahwa ilmu itu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang selalu bermaksiat.

Sesungguhnya Allah swt akan senantiasa meolong hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Maka barang siapa yang dapat membersihkan hati dan dirinya dari maksiat kepada Allah, maka Allah akan memberikan cahaya dan membukakan hatinya untuk senantiasa mengingat Allah dan firman-Nya. Allah swt akan memberikan kemudahan untuk mempelajari dan menghafal Al Quran.

Memanfaatkan masa muda

Ahnaf bin Qais meriwayatkan bahwasanya dia pernah mendengr seseorang berkata :

"Belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir di atas batu".

Maka Ahnaf pun berkomentar :

"Orang dewasa itu lebih pandai, akan tetapi hatinya lebih sibuk".

Anak kecil memang memiliki waktu luang yang lebih banyak, sehingga ia pun memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menghafal Al Quran, sementara orang-orang dewasa telah terlalu sibuk dengan urusan-urusan duniawinya sehingga kesempatan untuk menghafal Al Quran pun menjadi sangat sempit. Namun demikian, sebenarnya orang dewasa itu lebih pandai dari anak kecil, dan jika mereka dapat meluangkan waktu dan mengosongkan hati serta fikirannya dari kesibukan duniawi, maka niscaya mereka akan mendapatkan kemudahan yang lebih untuk menghafal Al Quran, Allah swt berfirman :

" Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? ". (Q.S. Al-Qamar[54] :17)

Menghafal Al Quran sejak usia muda akan menjadi tabungan di masa tua manakala penglihatan telah semakin menurun sehingga tidak mampu lagi untuk membaca tulisan Al Quran. Hafalan yang sudag tertanam di dalam dada itulah yang akan memberikan kenikmatan kita untuk tetap dapat bertadarus dan sholat dengan bacaan Al quran yang baik dan benar.

Memanfaatkan waktu efektif dan waktu luang

Sediakan waktu yang khusus digunakan untuk melakukan penghafalan Al Quran. Jangan menghafal Al Quran manakala hati dan pikiran sedang sibuk dengan suatu perkara. Perkara yang menyibukkan hati dan pikiran akan merusak konsentrasi untuk menghafal Al Quran. Carilah waktu yang tenang dimana hati dan pikiran dapat menyerap ilmu dengan mudah. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan waktu-waktu efektif, seperti setelah melakukan sholat maghrib, setelah sholat tahjjud, setelah sholat shubuh, dan sebagainya. Setelah sholat subuh adalah waktu yang memiliki potensi besar untuk mendukung penghafalan Al Quran, karena pada waktu itulah hati dan fikiran masih bersih dan segar, belum terkontaminasi oleh perkara-perkara duniawi.

Memilih tempat yang tepat

Pilihlah tempat-tempat yang tenang untuk menghafal Al Quran, sehingga hati, fikiran, penglihatan, dan pendengaran tidak akan terusik oleh hal-hal lain yang ada disekitar tempat tersebut. Masjid atau Mushollah adalah tempat yang paling utama untuk mengahfal Al Quran. karena masjid adalah rumah Allah yang akan memberikan ketenangan manakala kita sedang bertadarus maupun menghafalkan Al Quran.

Motivasi diri dan tekad yang benar

Motivasi diri dan tekad yang benar adalah faktor besar yang mempengaruhi kemampuan menghafal Al Quran. Motivasi diri dan tekad yang kuat jauh lebih berperan daripada tekanan dari pihak-pihak luar, seperti adanya tekanan dari orang tua atau gurunya untuk menghafal Al Quran. Tekanan-tekanan semacam ini biasanya tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Justru tekanan semacam ini hanya akan menjadi sumber kekecewaan dan kejenuhan. Sedangkan motivasi yang timbul dari dalam diri akan terus bertahan dan semakin kuat manakala ia mendapatkan penyemangat yang berkesinambungan. Penyemangat tersebut dapat berasal dari teman seperjuangan, lomba-lomba, atau bahkan dari ayat-ayat Al Quran mengenai janji-janji Allah kepada umatnya yang berjuang di jalan-Nya. Sedangkan tekad yang kuat akan membantu menghapuskan bisikan-bisikan setan dan nafsu yang akan mempengaruhinya.

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata :

"Barang siapa memiliki tekad yang benar maka setan akan berputus asa darinya, dan bila mana seorang hamba tidak teguh pendiriannya maka setan akan selalu mengganggunya dan menjanjikan angan-angan yang terlalu jauh".

Mengoptimalan seluruh indra

Mengoptimalkan indra penglihatan, pendengaran dan ucapan akan membantu memudahkan proses penghafalan. Setiap panca indra kita memiliki jalan tersendiri yang akan menyampaikannya kepada otak. Inilah yang akan memberikan hasil penghafalan yang kuat.

Bacalah mushaf Al Quran dengan bersuara secara berulang-ulang, perhatikan betul hukum-hukum bacaannya sampai akhirnya bentuk dan halaman mushaf tersebut terus terbayang dan terekam di dalam ingatan. Membaca Al Quran dengan alunan nada yang indah akan membantu memudahkan proses penghafalan. Kita dapat saja meniru nada-nada dari Imam-imam Mekah melalui MP3 dan sebagainya.

Menggunakan satu cetakan mushaf

Penggunaan satu cetakan mushaf tentu saja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses penghafalan. Dengan menggunakan satu cetakan mushaf setiap kali membaca dan menghafal Al Quran akan lebih memudahkan penghafalan ketimbang menggunakan cetakan mushaf yang berbeda-beda. Jika cetakan mushaf yang digunakan berubah-ubah maka akan memberikan gambaran yang berbeda di dalam ingatan, kita tidak akan dapat berkonsentrasi, dan justru berpotensi untuk membuyarkan hafalan yang ada.
Utamakan menggunakan Al Quran cetakan Mushaf Huffazh, yaitu setiap awal halaman diawali ayat baru dan dihalaman itu pula berakhir ayat sesudahnya. Ini akan memberikan pengaruh yang cukup besar kepada kita dalam memberikan gambaran bentuk dan letak halaman dalam ingatan.

Bacaan yang baik dan benar

Senantiasa melakukan perbaikan dan evaluasi terhadap bacaan dan hafalan Al Quran yang telah dimiliki. Melakukan evaluasi dan perbaikan ini hendaknya merujuk kepada seorang guru atau orang yang bacaan Al Qurannya telah baik dan benar. Hal ini agar kita tidak memiliki hafalan yang salah dan akhirnya akan sangat sulit untuk diperbaiki karena sudah terlalu lama terekam dikepala kita.

Imam Munada rahimahullah berkata :

“Ketahuilah bahwa menghafal itu ada beberapa cara, diantaranya adalah seseorang dapat membaca di hadapan orang yang lebih baik hafalannya, karena orang yang baik hafalannya lebih peka terhadap kesalahanorang yang membaca di hadapannya, dibandingkan si pembaca tersebut terhadap kesalahannya sendiri saat membaca hafalan”.

Hafalan yang saling berikatan

Jangan melakukan penghafalan Al Quran tanpa menoleh kebelakang. Maksudnya adalah, hendaknya kita selalu mengulangi ayat atau surat yang sebelumnya ketika kita telah selesai menghafalkan satu surat tertentu. Karena, biasanya hafalan satu surat akan melemah ketika kita melakukan penghafalan surat yang lain. Dengan cara ini, insya Allah seluruh hafalan akan tetap terjaga.

Memahami makna ayat yang dihafal

Faktor lain yang mempengaruhi proses penghafalan Al Quran adalah kemampuannya dalam memahami makna ayat yang sedang dihafalnya. Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan kitab tafsir atau kitab-kitab terjemahan.

Demikianlah beberapa hal berkaitan dengan proses penghafalan Al Quran yang dapat kami sajikan dengan singkat. Perlu diketahui bahwa sebenarnya banyak sekali cara-cara yang dapat digunakan dalam menghafal Al Quran, dan biasanya setiap orang pun memiliki cara dan teknik yang berbeda. Kami hanya mencoba untuk memberikan garis besarnya saja. Akhirnya, semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang baik kepada kita semua yang berniat maupun yang sedang menghafalkan Al Quran.

www.syahadat.com

0 komentar:

Posting Komentar