Tampilkan postingan dengan label tausyiah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tausyiah. Tampilkan semua postingan

ISMAIL DAN JULIET

Cinta adalah bahasa hati yang tumbuh nan indah disanubari
Cinta adalah kemampuan untuk melepas dan mendapatkan
Cinta adalah kekuatan untuk memiliki dan mengakhiri
Cinta adalah kemampuan untuk berkorban
Cinta adalah keikhlasan memberi
Cinta adalah ………………

Sepertinya makna cinta begitu megah, layaknya samudra yang begitu luas, yang Allah ciptakan dengan cinta, dikala malam semua bintang berkelip seakan menjadi maskara di atas mata alam yang begitu indah, semua dicipta bukan dengan Cuma-Cuma, pasti ada makna dibalik semua.

Layaknya cinta Ibrahim yang harus melepas putra kesayangannya untuk dapat membuktikan cintanya kepada Allah, putra yang ia idam-idamkan selama bertahun-tahun dan diminta untuk disembelih ketika ia sedang asyik menyayanginya. Jika kita berpikir realistis, cinta mana yang nampak dalam hati kita, jika kita menghadapi kondisi seperti Ibrahim? mungkinkah kita akan menyembelih anak kesayangan kita atau kita akan mengingkari perintah Allah?

Itu semua tergantung nilai keimanan yang ada dalam diri kita. Makin tinggi iman seseorang makin tinggi pula ujian yang diberikan kepadanya, seperti pohon yang menjulang tinggi maka tiupan angin dan beban kehidupan yang diberikan kepadanya makin tinggi pula ketimbang perdu atau rerumputan.

Hal yang paling berkesan dan membuat kita patut belajar dari kejadian ini adalah ketika Ibrahim berkata kepada Ismail yang diabadikan dalam surat Ash Shaaffat ayat 102 “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” dan Ismail pun mejawab “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Dan dalam referensi lain Ismail pun berkata ”wahai ayah ketika akan menyembelihku tolong kau asah pisau itu hingga tajam, tutup mataku dan hadapkan wajahku kearah tanah, setelah engkau menyembelihku, jika bajuku penuh dengan percikan darah maka berikanlah baju itu kepada ibu”. Ismail begitu cerdas jiwanya, keikhlasanya membuat ruhnya bercahaya, cinta yang dia pilih adalah cinta abadi, cinta yang dapat menghatarkan diri dan keluarganya pada derajat kenabian.

Lain halnya ketika kita bicara tentang romantika cinta yang diungkap dalam novel romeo and juliet dari beragam versi yang beredar di sekitar kita. Yang terungkap disana hanyalah Ketika orang jatuh cinta maka dia akan menyatu dengan objek cintanya, semua unsur seakan sama, begitupun ketika romeo menyentuh hati juliet, gurun yang begitu panas seketika disulap menjadi salju yang berkilauan. Hati mereka kuat terikat, lembut mengalun untuk mengarungi hidup bersama namun apalah daya penomena keluarga menghantarkan cinta mereka pada konflik romantik. Perseteruan dua keluarga tidak disikapi dengan bijaksana, orang tua Romeo dan Juliet tidak bersikap demokratis tidak seperti Ibrahim kepada Ismail, segala persoalan yang berkaitan dengan hayat hidup anaknya, Ibrahim akan menanyakan kepada Ismail.

Romeo dan Juliet, cinta mereka terdampar diantara keinginan untuk memiliki dan mengakhiri, namun komitmen hati tak bisa dipungkiri, memilih untuk memiliki adalah yang utama walau harus menentang orang tua sekalipun. Hati mereka menyatu menyentuh bunga untuk gugur diatas air mata mereka, tetesan embun adalah suara hati mereka yang terdalam, sendu sayup seperti angin malam yang begitu dingin. Kegelisahan begitu kuat diatas kepala mereka dan membunuh realita serta fakta yang ada di depan mata. Kehampaan mulai menghantui diri untuk mengakhiri hidup disaat semua usaha tidak lagi menyatukan cinta mereka, mengakhiri hidup adalah cara yang di tempuh Romeo dan Juliet untuk mengabadikan cinta mereka. Mereka tidaklah mati karena cinta, justru mereka mati untuk cinta mereka. Cinta yang mereka anggap suci dan selalu abadi.

Dan dihadapan Allah dan Rasulnya apakah kita tidak termasuk orang yang Syirik jika kita menjadikan Cinta sebagai tuhan kita, dan rela mati untuknya???

Lalu, dimanakah cinta sebenarnya? Cinta ada di antara semua. Cinta ada karena ada cinta, karena cinta selalu membuka tangannya bagi siapa saja yang ingin menyentuhnya. Cinta Allah kepada makhluk-Nya, cinta makhluk kepada-Nya dan cinta makhluk kepada makhluk lainnya.

www.lingkarcahaya.com

‘Azl Dalam Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam, hubungan seksual adalah satu perkara yang memang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan rumah tangga. Dan tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa kualitas dan kuantitas hubungan seksual merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Meskipun bukan satu-satunya faktor, namun realitanya hubungan seksualitas telah menempati posisi yang sangat vital.

Berbicara mengenai hubungan seksual dalam kehidupan rumah tangga, ada satu perkara yang cukup menarik perhatian banyak pihak, yaitu perkara ‘Azl. Apakah yang dimaksud dengan ‘Azl dan bagaimanakah pandangan Islam mengenai ‘Azl tersebut?

‘Azl adalah mengeluarkan sperma di luar vagina isteri. Ketika sang suami merasakan tanda-tanda (merasakan) akan keluarnya sperma ketika sedang menggauli isterinya, seketika ia menarik kemaluannya dari dalam vagina, kemudian mengeluarkan sperma tersebut di luar vagina sang isteri. Dengan demikian, kemungkinan besar tidak akan terjadi pembuahan di rahim sang isteri. Wallahua’lam.

‘Azl ini kemudian juga banyak dikenal dengan istilah senggama terputus, atau ada juga yang menyebutnya dengan KB alami. Lalu, bagaimanakah pandangan Islam mengenai ‘Azl tersebut, apakah Islam memperbolehkan atau melarang?

Dalam hal ini, ‘Azl memang satu perkara yang diperbolehkan dalam ajaran Islam. Pembolehan ini berdasarkan pada banyaknya nash-nash yang tidak melarang ‘Azl ketika banyak pengaduan mengenai perkara ‘Azl yang terjadi di masa Rasulullah saw.

“Kami pernah melakukan ‘azal pada masa Rasulullah saw, sementara pada saat itu al-Qur’an masih turun.” Ini merupakan riwayat dari ‘Atha yang berasal dari Jabir dan dikeluarkan oleh Imam Bukhari. Kemudian, Jabir juga berkata:

“Kami pernah melakukan ‘azal pada masa Rasulullah saw? Hal itu disampaikan kemudian sampai kabarnya kepada beliau, dan Rasulullah tidak melarang kami”.

Dalam riwayat di atas, Rasulullah saw tidak melarang perkara ‘Azl yang dilakukan oleh para sahabat di zaman beliau. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan bahwa Rasulullah saw tidak melarang ataupun marah ketika ia mendengar kabar bahwa banyak dari para sahabat yang melakukan ‘Azl. Dan tidak ada firman Allah swt yang melarang perkara ‘Azl, padahal pada waktu itu Al Quran masih dan tetap turun. Dalil inilah yang turut memperkuat hukum pembolehan ‘Azl dalam ajaran Islam.

Selain riwayat di atas, masih ada lagi riwayat-riwayat lain yang secara tidak langsung merupakan pernyataan pembolehan Rasulullah saw untuk melakukan ‘Azl. Bahkan jika diperhatikan merupakan bentuk anjuran yang dapat dilakukan dalam keadaan tertentu.

“Sesungguhnya seorang laki-laki pernah menjumpai Rasulullah saw seraya berkata, sebetulnya saya mempunyai seorang jariyah (budak wanita). Ia adalah pelayan kami sekaligus tukang menyiram kebun kurma kami. Saya sering menggaulinya, tetapi saya tidak suka jika sampai ia hamil. Mendengar itu kemudian Nabi saw bersabda: "Jika engkau mau lakukanlah azal kepadanya, karena sesungguhnya akan sampai juga kepada wanita itu apa yang memang telah ditakdirkan oleh Allah baginya.”"

Pada riwayat di atas, ternyata Rasulullah saw membolehkan seseorang untuk melakukan ‘Azl manakala ia belum atau tidak menginginkan terjadinya pembuahan atau kehamilan. Di sini kita temukan kembali bahwa ternyata Islam membolehkan perkara ‘Azl. Namun, bagaimanapun usaha kita untuk mencegah atau menghentikan terjadinya pembuahan (kehamilan), semua tetap saja berada dalam kendali Allah swt. Bagaimanapun kita melakukan ‘Azl, jika Allah swt menghendaki terjadinya pembuahan, maka terjadilah pembuahan tersebut, sebagaimana petikan riwayat di atas yang berbunyi “Jika engkau mau lakukanlah azal kepadanya, karena sesungguhnya akan sampai juga kepada wanita itu apa yang memang telah ditakdirkan oleh Allah baginya.”.

Kemudian, satu riwayat lagi yang turut memperkuat hukum diperbolehkannya ‘Azl dalam ajaran Islam, yang telah diriwiyatkan oleh Imam Muslim dari Abu Sa’id. Berikut ini adalah riwayat yang dimaksud:

“Kami pernah keluar bersama-sama Rasulullah saw dalam perang Bani Mustholiq. Kami memperoleh tahanan dari kalangan orang Arab. Kami memiliki hasrat kepada para wanita, karena kami merasa berat hidup membujang, sementara kami menyukai azal. Oleh karena itu kami menanyakan hal ini kepada Rasulullah saw. Beliau menjawab: “Mengapa kalian tidak melakukannya? Sebab sesungguhnya Allah saw telah menetapkan apa yang memang akan diciptakan-Nya sampai hari kiamat.”

Berdasarkan dalil-dalil di atas, telah sama-sama kita ketahui bahwa ‘Azl merupakan satu perkara yang tidak diharamkan di dalam ajaran agama Islam. Islam memperbolehkan umatnya untuk melakukan ‘Azl, sebagaimana Rasulullah saw memperbolehkan ‘Azl kepada para sahabat di zamannya.

Saudaraku, ‘Azl memang satu perkara yang diperbolehkan dalam ajaran agama Islam. Namun, hendaknya ‘Azl ini menjadi pertimbangan yang matang, karena hal ini menyangkut masalah kepuasan isteri tercinta. Dan unsur kepuasan dalam hubungan suami isteri inilah yang termasuk ke dalam salah satu faktor pemicu dingin atau hangatnya kehidupan suami isteri dan rumah tangga.

Ketika sang suami melakukan ‘Azl, maka sudah dipastikan bahwa hal tersebut akan mengurangi atau bahkan mungkin menghilangkan puncak kenikmatan sang isteri. Kepuasan dan kenikmatan berhubungan seksual sang isteri akan menggantung dan hilang, sementara sang suami tetap akan merasakan kenikmatan dan kepuasan tersebut.

Dalam melakukan hubungan seksual, suami maupun isteri memiliki hak yang sama, yaitu sama-sama berhak untuk merasakan kepuasan dan kenikmatan. Lalu, bagaimana kaitannya dengan ajaran Islam yang memperbolehkan melakukan ‘Azl? Dalam hal ini, tentunya komunikasi yang baik antara suami dan isteri menjadi kunci permasalahan. Hendaknya suami hanya melakukan ‘Azl dengan izin sang isteri. Jangan sampai seorang suami melakukan ‘Azl tanpa seizin isterinya, karena hal ini tentu saja akan menghilangkan haknya sebagai isteri yang sama-sama berhak untuk merasakan kenikmatan dan kepuasaan biologis. Hasrat sang suami harus dipenuhi oleh sang isteri, begitu pula sebaliknya.

Imam Ahmad dan lain-lain mengikrarkan, bahwa ‘Azl diperkenankan apabila isterinya mengizinkan. Sedangkan Umar ibnu Khattab ra dalam salah satu riwayat berpendapat, bahwa ’Azl itu dilarang kecuali dengan seizin isteri. Pendapat para Imam besar dalam dunia Islam dan sahabat Rasulullah saw tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan ‘Azl, bahwa Islam hanya mengizinkan seorang suami untuk melakukan’Azl dengan izin isterinya.

Saudaraku, Islam memang tidak mengharamkan perkara ‘Azl. Namun demikian, sekiranya tiada satu alasan darurat yang dapat dibenarkan, hendaknya ‘Azl tidak dilakukan. Karena, pada dasarnya Islam lebih mengutamakan untuk memperbanyak keturunan, sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut:

“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak.” (HR. Abu Dawud).

“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain.” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi).

Wallahua’lam

www.syahadat.com


si TAAT dan si JAHAT

Dahula kala…bahkan sampai saat ini…

ada seorang ayah yang memiliki dua anak...
anak yang satu bernama TAAT...
dan yang kedua bernama JAHAT...
si TAAT selalu menuruti semua perintah dan larangan ayahnya, selalu membantu ayah dan ibunya, mengerti akan tugas-tugasnyanya, tidak pernah membuat ayah dan ibunya marah, selalu bersikap hormat, penyantun, lembut dalam bertutur kata........
sedangkan si JAHAT hampir selalu melawan perintah dan larangan ayah dan ibunya, malas bekerja dan membantu orang tua, suka membuat orangtuanya jengkel, arogan, ucapannya suka kasar dan kotor...

suatu ketika...
baik si TAAT maupun si JAHAT sama-sama mengajukan permintaan...
kebetulan permintaan keduanya sama...
keduanya sama-sama meminta dibelikan mobil-mobilan baru yang harganya cukup mahal, Rp. 250.000...

apakah yang terjadi...?
apakah sang ayah hanya akan mengabulkan permintaan si TAAT karena telah bersikap baik kemudian menolak permintaan si JAHAT karena selalu bersikap buruk...?
ternyata...jawabannya tidaklah demikian...

sang ayah menuruti permintaan kedua anaknya untuk membelikan mobil-mobilan...
bahkan, ayah masih menuruti kemauan si JAHAT yang masih minta di tambah dengan satu buah pistol-pistolan, sementara si TAAT sudah sangat berterimakasih dan bersyukur karena sudah dibelikan mobil-mobilan baru dengan harga yang sangat mahal itu...


HIKMAH:

apakah dengan demikian berarti sang ayah benar2 menyayangi si JAHAT dan si TAAT dengan seimbang? atau justru si ayah lebih menyayangi si JAHAT karena telah membelikan mainan tambahan?

jawabnya adalah : "BELUM TENTU"

disinilah berperan yang disebut dengan sifat "Penyayang" dan "Pemberi"...
sang ayah membelikan mobil-mobilan kepada si TAAT karena ia memang sangat menyayangi anaknya yang selalu patuh itu...
dan ia membelikan mobil-mobilan kepada si JAHAT karena sang ayah masih memiliki sifat memberi selain penyayang tadi....
adapun sang ayah yang membelikan mainan tambahan kepada si JAHAT berupa pistol-pistolan, tidak lain dan tidak bukan, hanyalah sebagi ujian bagi anaknya agar ia berfikir bahwa meskipun ia terlampau nakal, sang ayah tidak akan membeda-bedakannya, sang ayah tidak akan memutuskan pemberiannya...dan berharap agar ia bisa berubah dikemudian hari untuk menjadi anak yang baik seperti si TAAT...

Begitu juga dengan Allah swt, Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia akan selalu memberi, namun belum tentu bahwa ia akan selalu menyayangi. Adapun setiap pemberiannya adalah nikmat bagi kita semua. Sedangkan nikmat adalah ujian agar kita bersyukur kepadanya, bukan malah kufur atau ingkar kepadanya. Karena, barangsiapa kufur atas nikmat Allah, maka azab-Nya yang pedih telah menanti.

“...Sesungguhnya jika kamu bersykur niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” QS. Ibrahim : 7.

Mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” QS. An Nahl : 83.

www.lingkarcahaya.com

Perjuangan Islam

Tidak ada perjuangan islam yang dapat selalu berjalan dengan mulus tanpa suatu rintangan dan tantangan. Perjuangan Islam akan senantiasa berdampingan dengan rintangan dan tantangan. Seorang pejuang Islam akan senantiasa mendapatkan perlawanan dari pihak-pihak yang tidak suka atau tidak menginginkan berdirinya syariat Islam, dan hal ini sudah merupakan sunatullah yang harus dihadapi, bukan ditakuti. Selamanya, kebatilan itu akan menetnang tegaknya kebenaran.

Rintangan dan tantangan adalah kondisi yang pasti ada dalam perjuangan Islam. Sejak zaman Rasulullah saw dan para sahabat, berbagai bentuk rintangan tidak pernah habis, terus menghantui perjuangan Islam hingga saat ini. Siapapun yang telah melangkahkan kaki ke medan perjuangan Islam, maka sudah tentu ia akan menghadapi berbagai tantangan kebatilan. Berbagai bentuk halangan dan ujian dalam perjuangan Islam telah hadir sejak masa Rasulullah saw dan para sahabat yang senantiasa gigih dalam memperjuangkan agama Islam. Berikut ini adalah beberapa bentuk ujian yang banyak di alami oleh Rasulullah saw dan para sahabat serta para mujahid terdahulu ketika menyerukan perjuangan Islam:

Ujian yang pertama berupa cemoohan atau olok-olok yang berasal dari musuh-musuh Allah yang tidak menginginkan berkembangya syiar Islam. Ternyata ujian itu tidak hanya datang pada kita yang merupakan manusia akhir zaman, tetapi juga datang kepada Rasulullah saw. Hal ini dapat kita lihat melalui firman Allah swt berikut,

“Dan apabila mereka melihatmu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikanmu sebagai ejekan (dengan mengatakan): ‘Inikah orang yang diutus Allah sebagai Rasul?’” (QS. Al Furqon [25]:41).

Jika Rasulullah saw saja memperoleh ujian dalam menjalankan perjuangan Islam, maka sangatlah wajar kalau kitapun mengalaminya. Dan tentunya, tidaklah patut bagi kita untuk mundur dari perjuangan Islam. Hendaknya kita mencontoh Rasulullah saw dan para sahabat yang senantiasa sabar dan istiqomah dalam perjuangan Islam meskipun ujian dan tantangan itu semakin berat adanya.

Selain berupa cemoohan, ujian juga biasa datang dalam bentuk tuduhan, tudingan, bahkan juga sebutan-sebutan yang merusak nama baik Islam maupun pejuang Islam itu sendiri. Pada masa perjuangannya, Rasulullah saw bahkan pernah mendapat predikat sebagai “orang gila” dan “tukang sihir”. Berbagai tudingan, tuduhan, dan sebutan buruk pun masih menyelimuti perjuangan Islam hingga saat ini. Banyak sekali mujahid dan para aktivis perjuangan Islam yang saat ini mendapat label fundamentalis, radikal, garis keras, ekstremis, bahkan saat ini para mujahid dakwah Islam telah diidentikkan dengan "teroris", sebuah julukan yang sangat merendahkan citra Islam dan pejuang Islam. Ujian-ujian semacam ini telah diberitakan melalui firman Allah di dalam Al Quran yang artinya:

“Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan dari kalangan mereka, dan orang-orang kafir berkata: ‘Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta’” (QS. Shad [38]:4).

Pembunuhan karakter dan pencemaran nama baik ini merupakan sebuah usaha untuk menentang perjuangan Islam. Gerakan yang tidak menginginkan tegaknya syariat Islam di muka bumi. Melalui pencemaran nama baik itulah, mereka mengharapkan agar Islam menjadi nama yang senantiasa dibenci oleh masyarakat umum. Mereka berusaha untuk menjatuhkan nama Islam dan menjadikannya sebagai musuh dunia.

Ujian yang ketiga hadir dalam bentuk intimidasi, penjara, penganiayaan,bahkan sampai kepada pembunuhan. Perjuangan Islam telah membawa Rasulullah saw ke sebuah medan untuk menghadapi ancaman penangkapan, penjara, pengusiran, bahkan aksi-aksi untuk membunuh beliau yang dilakukan oleh kaum kafir. Ujian semacam ini juga dialami oleh Nabi Nuh yang mendapat ancaman rajam dari kaum kafir, dan Nabi Musa yang mendapat akan dipenjara dan dibunuh oleh Firaun, sebagaimana dijelaskan dalam firman berikut:

“Mereka berkata: ‘Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam’”. (QS Asy Syu’ara [26]:116).

“Fir'aun berkata: ‘Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan.’” . (QS. Asy Syu’ara [26]:29)

“Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): ‘Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi’.”. (QS. Al Mu’min [40]:26)

Betapapun besar dan mengerikannya ancaman dan penganiayaan yang dilakukan oleh para kaum kafir, namun tidak membuat Rasulullah saw, para Nabi, dan para sahabat gentar ataupun mundur dari perjuangan Islam. Karena janji Allah adalah lebih berharga daripada harta dan nyawa mereka. Janji Allah begitu mulia kepada umatnya yang berjuang dan mengutamakan perjuangan Islam. Dan mereka yakin bahwa Allah swt pasti akan memberikan pertolongan-Nya, sebagaimana firman Allah swt di dalam Al Quran yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmun untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al Anfal [8]:30).

Ujian yang keempat, adalah ujian yang paling berat bagi umat muslim. Ujian ini berupa bujukan, suap, atau kekuasaan yang senantiasa menggoda dan membayangi nafsu duniawi manusia. Banyak sekali mujahid dakwah yang terpesona akan ujian yang keempat ini. Mereka meninggalkan dan melupakan perjuangan Islam karena silau dan lebih memilih kesenangan duniawi. Harta, tahta, dan wanita telah menutup nurani mereka dan menjauhkannya dari cahaya Islam.

Mengenai perjuangan Islam ini, Sayyid Quthub berkata: ”Wahai saudara-saudaraku. Jalan dakwah itu dikelilingi oleh makaruh (hal-hal yang tidak disukai), penuh dengan bahaya, dipenjara, dibunuh, diusir, dan dibuang. Barangsiapa ingin memegang suatu prinsip atau menyampaikan dakwah, maka hendaklah itu semua sudah ada dalam perhitungannya. Dan barangsiapa menginginkan dakwah tersebut hanyalah merupakan tamasya yang menyenangkan, kata-kata yang baik, pesta yang besar dan khutbah yang terang dalam kalimat-kalimatnya, maka hendaklah dia menelaah kembali dokumen kehidupan para rasul dan para da`i yang menjadi pengikut mereka, sejak dien ini datang pertama kalinya sampai sekarang ini”.

Perjuangan Islam bukanlah perkara yang ringan. Allah swt telah menjanjikan balasan yang terbaik bagi mereka yang istiqomah dalam perjuangan Islam. Maka, tentu saja untuk mendapatkan janji yang terbaik dari Allah swt tersebut tidaklah mudah, melainkan penuh dengan ujian, halangan, rintangan, dan berbagai macam perlawanan. Untuk itu, marilah sama-sama kita kuatkan dan luruskan niat dalam perjuangan Islam. Tundukkan pandangan mata dan hati dari segala bentuk duniawi yang akan melemahkan iman dan menidurkan kita dari perjuangan Islam.

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagi mu, jika kamu Mengetahui.” (QS. At Taubah[9]: 41)

www.syahadat.com

Yuk! Memperdalam Islam

Pernahkah kita sebagai seorang muslim memikirkan mengenai bilangan-bilangan usia kita yang telah terlewat? Semakin hari, usia kita semakin menghilang, berkurang, dan akhirnya habis. Belasan bahkan puluhan tahun usia yang telah kita lewati dengan membawa label seorang muslim, pernahkah kita merenung sejenak dan bertanya pada diri kita sendiri, “Berapa banyak pemahaman agama Islam yang telah kita miliki?”

Usia, bisa saja menjadi sebuah nikmat yang tak ternilai harganya manakala kita telah dan terus menginfakkannya hanya dalam rangka beribadah keapada Allah swt, bukan untuk tujuan yang lain. Namun di sisi lain, usia pun bisa menjadi sumber laknat Allah swt yang juga tak terkira hebatnya jika usia tersebut kita persembahkan kepada hal-hal yang berbau maksiat atau bahkan kepada kemaksiatan itu sendiri.

Insya Allah saya yakin bahwa sebagian besar dari kita yang membaca artikel ini telah terlahir dalam keadaan Islam. Namun sampai sebesar dan setua ini, berapa banyak waktu yang telah kita habiskan untuk belajar dan mengenal Islam tersebut? Sampai saat ini, berapa banyak pengetahuan dan pemahaman kita mengenai Islam? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tidak lagi membutuhkan jawaban lisan yang bertele-tele atau argumentasi yang panjang lebar. Karena, jawabannya sudah tampak jelas dengan sendirinya melalui wajah-wajah umat muslim dalam menjalani kehidupan dan ibadahnya sehari-hari.

Seseorang yang mengerti dan memahami Islam dengan baik, tentu saja akan terpancar dari tata cara kehidupannya sehari-hari. Karena, bagi seorang muslim yang benar-benar telah memahami Islam dengan seutuhnya, segala aktivitas kehidupan ini adalah hanya untuk satu hal, yaitu mendapatkan rahmat Allah swt. Dan ia pun yakin bahwa dalam setiap satuan waktu terkecil yang berjalan di dalam ruang kehidupan ini, Allah swt tidak akan pernah kehilangan pengawasannya. Allah swt tidak akan pernah kecolongan. Untuk itulah, ia akan senantiasa melewati hari-hari dalam kehidupan ini dengan amal-amal sholeh.

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr : 1-3)

Melalui ayat dalam surat Al ‘Ashr di atas jelas sekali bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memanfaatkan waktu untuk beriman hanya kepada Allah swt, berbuat amal sholeh, dan saling menasehati di dalam kesabaran dan kebenaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Kerugian besar bagi kita jika hanya menghabiskan usia dengan kesenangan dunia saja atau hanya mengikuti alur kehidupan ini layaknya air yang mengalir. Dalam hidup ini kita harus berjuang, karena perjuangan dan kehidupan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hidup akan lebih hidup dengan adanya perjuangan. Dan perjuangan hanya akan hidup jika kehidupan masih berjalan. Janganlah pernah merasa puas dengan apa yang telah kita dapatkan atau kita miliki. Kita harus memiliki energi ketidak puasan yang positif, yang akan membawa kita untuk tidak akan pernah berhenti untuk berjuang dalam rangka memperbaiki diri dan berusaha menjadi seorang muslim yang memiliki nilai.

Mungkin kita pernah mendengar ucapan semacam ini dalam sebuah percakapan, “Yah…maklum deh, saya mah orang awam. Nggak ngerti…”. Ucapan semacam ini memang bukanlah satu hal yang aneh lagi di telinga setiap kita. Namun kalau kita renungi lebih jauh lagi, rupanya ucapan tersebut dapat memberikan teguran yang cukup keras bagi kita semua. Mungkin masih dalam kategori wajar jika ucapan semacam itu terlontar dari mulut seorang bocah, meskipun sebenarnya itupun merupakan teguran atas peranan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Namun, ucapan semacam itu merupakan sebuah musibah besar manakala terucap dari seorang muslim yang sudah mencapai usia 40 plus… Dan aneh pula manakala ucapan semacam itu tumpah dari mulut seorang muslim yang telah beruban. Kalau memang demikian adanya, mungkin secara bodoh akan timbul pertanyaan, “Emang selama ini kemana aja? Sudah ubanan kok masih nggak tau apa-apa”.

Islam adalah nyawa di dalam tubuh manusia, jika pemahaman kita mengenai Islam hanya pas-pasan atau bahkan sangat minim, lalu bagaimana kita akan membuatnya tetap berdiri tegak, menatanya hingga tampak indah, menghiasnya agar sejuk dan nyaman, dan mempertahankannya agar tetap hidup dan menghidupi jasmani dan ruhani kita. Tanpa pemahaman Islam yang cukup, niscaya Islam yang telah lahir bersama nafas kita akan lemah, mudah terkikis sedikit demi sedikit dan akhirnya habis. Maka tinggallah kehidupan yang tawar, hampa, hambar tanpa warna dan rasa. Bahkan besar kemungkinan, kehidupan akan dipenuhi dengan racun yang kita tidak tahu penawarnya. Karena Islam adalah penawar segala macam penyakit dunia.

Jangan sampai kita menjadi seorang muslim yang senantiasa tertipu oleh kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt, sehingga kita tidak memanfaatkannya untuk beramal sholeh. Ingatlah, bahwa setiap usia pasti ada batasnya. Setiap usia pasti ada ujungnya yang akan menghentikan siklus kehidupan pemilik usia tersebut. Untuk itu, manfaatkanlah waktu luang dan usia yang masih tersisa untuk terus memperdalam pemahaman terhadap Islam yang telah dianugerahkan Allah swt kepada kita, umat Muhammad saw yang merupakan umat terbaik. Rasulullah saw telah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. Peringatan Rasulullah saw yang telah disampaikan dengan jelas ini hendaknya menjadi pelajaran bagi setiap umat muslim.

Saudaraku, marilah kita sama-sama berjuang dengan sisa usia yang hanya tinggal sisa ini untuk terus memperdalam agama Islam. Mengasah kembali pedang pola pikir, prinsip hidup, dan pola pikir islami kita yang telah tumpul. Mari sama-sama kita berjuang untuk menjemput janji Allah swt untuk memperolah derajat yang tinggi dengan terus memperdalam pemahaman dan realisasi ilmu Islam.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)

www.syahadat.com