Kepala Rumah Tangga Yang Baik

“Kompak”, kata inilah yang banyak menjadi kunci keberhasilan dalam berbagai jenis kerjasama. Tanpa adanya kekompakan, sebuah kerjasama tidak akan mencapai keberhasilan. Karena tanpa kekompakan, kerja sama hanya akan dipenuhi dengan sikap saling sikut-menyikut, saling menusuk dari belakang, sama-sama ingin menjadi penguasa nomor satu, dan lain-lain.

Kekompakan merupakan jalan untuk menyatukan perbedaan, visi dan misi dalam sebuah kerjasama. Jika kekompakan telah hidup dalam sebuah kerjasama, maka kekuatan untuk terus bersatu dan berjuang akan semakin meningkat. Dengan kekompakan, berbagai jenis halangan yang menghadang akan dapat dilalui dengan lebih mudah, sebagaimana peribahasa yang berbunyi “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Dengan kekompakan, segala jenis pekerjaan dan halangan, baik yang berat maupun yang ringan akan dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan lebih cepat.

Kekompakan inilah yang harusnya ada di dalam setiap kehidupan rumah tangga. Sebuah kekompakan yang terealisir dalam kerja sama rumah tangga. Karena, pada dasarnya rumah tangga adalah salah satu bentuk kerjasama jangka panjang, yang umumnya minimal dilakukan oleh dua orang, yaitu seorang suami dan seorang istri.

Minimnya unsur kerjasama yang diterapkan di dalam kehidupan rumah tangga saat ini telah menjadi salah satu sumber penyebab tidak kondusifnya kehidupan rumah tangga, kekecewaan salah satu anggota rumah tangga, dan timbulnya penderitaan salah satu anggota rumah tangga. Selain itu, minimnya penerapan dan kesadaraan akan pentingnya kekompakan dalam kehidupan rumah tangga juga telah menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan di dalam rumah tangga.

Jika unsur kekompakan dapat diterapkan dengan maksimal oleh anggota rumah tangga (minimal antara suami dan istri) maka tentunya akan meminimalisir adanya kekecewaan, penderitaan, atau kekerasan di dalam kehidupan rumah tangga.

Hampir semua aktivitas rumah tangga dapat dilakukan dengan sistem kekompakan, yaitu dengan cara kerja sama. Kebanyakan suami pada zaman sekarang selalu berdalih bahwa tugas kepala rumah tangga adalah mencari nafkah untuk keluarganya, yaitu anak dan istri. Benarkah cukup sampai di situ saja?

Tidak. Seorang kepala rumah tangga yang baik tidak seperti itu. Seorang kepala rumah tangga yang baik tidak akan membatasi tugasnya hanya sebagai pencari nafkah saja, kemudian berdiam diri dan membiarkan sang istri mengurus anak (menyuapi, mengajak bermain, mengantarkan ke sekolah, dan lain-lain), memasak, mencuci pakaian, menyetrika, mencuci piring, menyapu, mengepel, dan lain-lain.

Jika hal itu sampai terjadi, maka sang suami tidak layak lagi disebut sebagai kepala rumah tangga, tapi lebih layak untuk disebut sebagai kepala bagian kerja rodi (kerja paksa di zaman Belanda) bagi seorang istri.

Pekerjaan seorang kepala rumah tangga di kantor, sepadat apapun pasti akan ada hari liburnya, minimal sekali dalam sepekan. Namun pekerjaan seorang ibu rumah tangga tidak pernah mengenal hari libur. Dan bahkan, durasi pekerjaan seorang ibu rumah tangga dalam sehari itu jauh lebih lama ketimbang pekerjaan seorang kepala rumah tangga di kantor. Betapa tidak, seorang ibu rumah tangga harus menyiapkan sarapan di pagi buta, jauh sebelum seorang suami atau kepala rumah tangga memulai aktivitas pekerjaannya di kantor. Kemudian seorang ibu rumah tangga juga masih harus menyiapkan makan malam jauh setelah suami atau kepala rumah tangga pulang dari kantornya. Itu masih belumditambah lagi dengan aktivitas membuatkan susu untuk anaknya menjelang tidur, kemudian ia harus bangun dan terjaga lagi untuk menyusui si kecil di tengah malam,menggantikan popoknya, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak benar jika akhirnya seorang suami lepas tangan atas segala pekerjaan istrinya.

Seorang kepala rumah tangga yang baik, hendaknya senantiasa menerapkan prinsip kekompakan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Senantiasa bekerjasama dalam segala bentuk aktivitas rumah tangga, sejauh pekerjaan tersebut mampu ia kerjakan.

Membantu istri mencuci, menyetrika, menyuapi anak, atau memasak jika bisa,dan lain-lain, bukanlah sebuah kesalahan ataupun satu aib. Justru itulah salah satu tanda seorang suami dan kepala rumah tangga yang bijaksana.

Demikian. Semoga bermanfaat.

www.sekeluarga.com

0 komentar:

Posting Komentar