Kenangan Sang Istri

Kenangan adalah satu hal yang hadir dari masa silam. Banyak kenangan manis maupun pahit yang mengiringi kehidupan seseorang. Dan kenangan itu, tidak selalu sama antara orang yang satu dengan orang yang lain. Kenangan manis yang dimiliki seseorang, belum tentu manis jika diingat atau diketahui oleh orang lain. Dan sebaliknya, kenangan pahit seseorang pun belum tentu pahit pula bagi orang lain yang mengetahui atau mengingatnya. Segaimana yang terjadi dalam cerita sederhana dari sepasang pengantin baru berikut.

Layaknya pengantin baru, kemana-mana pinginnya selalu bersama. Sedangkan, kamar tidur adalah tempat romantis yang pertama dan utama. Bahkan pada kisah sepasang suami istri yang baru menikah beberapa bulan ini, makan pun mereka sering sepiring berdua dan dilakukan di kamar tidurnya. Sangat romantis, hingga akhirnya keromantisan tersebut sedikit terpecah karena secuil kenangan sang istri.

Ketika sangi stri tengah membawakan makanan ke kamar, ternyata sang suami tengah membuka-buka beberapa album foto tua yang tergeletak di rak buku, di dalam kamar tersebut. Dan ketika sang istri masuk kamar dengan sepiring makanan yang siap disantap berdua dengan romantis, tiba-tiba wajah sang suami berubah sedikit murung dan seperti kehilangan kata-kata.

Melihat itu, sang istri pun membawa sepiring makanan tersebut ke atas ranjang dan mengajak sang suami makan, seraya menanyakan “ada apa?”.

Sang istri : “Ayo mas makan…” suara sang istri dengan mesra.

Sang suami menghampirinya dengan anggukan tanpa kata, seraya meletakkan kembali album-album foto lama yang tengah dipandanginya.

Sang istri : “Kenapa sih mas?” Tanya sang istri penasaran sambil mengunyah makanan di mulutnya dan menatap wajah sang suami yang tiba-tiba berubah tersebut.

Sang suami : “Kenapa apanya?” Jawab sang suami dengan nada rendah namun tetap terasa sinisnya.

Sang istri : “Iya… kenapa? Kok mukanya berubah begitu?”

Sang suami : “Berubah gimana? Nggak ada apa-apa kok!” Masih dengan nada dan mimik wajah yang sama.

Sang istri : “Bohong! Pasti ada sesuatu yang mas sembunyiin! Ngomong aja kenapa sih mas, biar adik tau apa kesalahan adik dan bisa adik perbaiki.” Desak sang istri dengan nada agak membujuk.

Sang suami terdiam karena tidak tahu bagaimana harus memulai menyampaikan kekesalan dan perih yang tiba-tiba dirasakannya.

Sang suami menghela nafas sejenak, dan kemudian…

Sang suami : “Foto-foto masa sekolah dulu masih kamu simpan ya?”

Sang istri : “Oh itu, iya masih tuh beberapa. Buat kenang-kenangan aja.” Jawab sang istri diiringi senyum manis, tanpa sedikitpun curiga atas pertanyaan sang suami tersebut.

Sang istri : “Foto si Hendri masih disimpan juga ya?” Celetuk sang suami dengan nada lebih rendah (Hendri adalah kekasih sang istri di masa sekolahnya).

Sang istri : “Iya masih tuh.” Jawab sang istri masih dengan mimik tanpa curiga.”

Sang suami : “Kenapa masih disimpan?”

Sang istri : “Ya nggak apa-apa sih. Kebetulan aja.”

Sang suami terdiam sejenak, kemudian kembali berkata…

Sang suami : “Tau nggak, sesuatu itu disimpan karena satu alasan. Sesuatu itu disimpan dan masih ada, karena kita masih menganggapnya berarti atau karena kita masih membutuhkannya. Coba kamu liat di sekeliling kamar ini, kenapa ada tempat tidur, kenapa ada bantal, kenapa ada lemari di sini? Karena kita masih membutuhkannya. Kalau kita udah ngagk membutuhkannya, ya buang aja!”

Mendengar celetukan sang suami, sang istri pun terdiam menatap sang suami dengan tatapan sendu. Entah karena marah kepada sang suami atau karena kasihan kepada sang suami. Tapi syukurlah, ternyata tatapan itu karena ia merasa bersalah kepada sang suami.

“Kamu tau… foto itu berbicara banyak hal. Foto itu menyampaikan banyak hal” sang suami melanjutkan dengan suara yang dalam.

Sang istri terdiam, menghentikan suapannya, dan kemudian bangkit dari duduknya.

Sang suami : “Mau kemana?” Sang suami mengira bahwa istrinya marah sehingga akan keluar dari kamar.

Tiba-tiba sang istri turun dari ranjang tempat kami makan, kemudian menghampiri rak dimana album-album foto itu tergeletak. Sang istri pun mengambil album-album itu ke atas ranjang dihadapan sang suami. Ia membuka album-album itu satu persatu dan mengambil setiap fotonya yang berdampingan dengan cowok di masa sekolahnya dulu. Setelah semua album selesai di buka-buka, kemudian sang istri merobek-robek foto itu di depan sang suami.

Sang suami : “Kenapa disobek? Saya nggak meminta kamu untuk menyobeknya kok…” Basa-basi sang suami.

Sang istri tidak menjawab, ia hanya melanjutkannya dengan meletakkan album-album itu di rak yang tadi dan melangkah keluar kamar. Ternyata, ia membuang sobekan-sobekan foto yang telah menjadi bagin-bagian kecil itu.

Kemudian sang istri kembali ke ranjang, duduk di hadapan sang suami, mengecup pipi sang suami dan berkata:

Sang istri : “Maafin adik ya... Mas ngomong aja kalau nanti ada yang salah lagi, biar adik perbaiki”

Sang suami kemudian tersenyum dan sang istri pun tersipu. Merekapun melanjutkan makan di atas ranjang dengan mesra.

Demikianlah kisah mengenai kenangan lama dari sang istri, kenangan indah sang istri yang ternyata tidak menjadi kenangan indah bagi sang suami.

Dari kisah sederhana di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa hal-hal kecil yang berhubungan dengan masa lalu dapat menjadi sumber permasalahan yang serius dalam kehidupan rumah tangga jika tidak dikomunikasikan dengan baik.

Demikian, semoga bermanfaat.

www.sekeluarga.com

1 komentar:

sari mengatakan...

menurut saya saling menghargai dan saling mengerti adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam pernikahan. jadi semestinya hanya karena foto (dari masa lalu) tidak sampai menimbulkan perselisihan/salah paham.

Posting Komentar